Selain menjaga kesehatan fisik anak, kesehatan mental anak pun penting untuk diperhatikan oleh orang tua. Kesehatan mental anak dapat berpengaruh pada kehidupan sosial dan perkembangan emosi sejak anak-anak hingga dewasa. Untuk menjaga kesehatan mental anak, orang tua perlu berperan aktif dalam menciptakan lingkungan dan suasana rumah yang mendukung kesehatan mental anak.
Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental Anak
Kesehatan mental anak sama pentingnya dengan kesehatan fisik anak. Anak dengan kondisi mental yang baik akan mampu berpikir secara jernih, mampu mengendalikan sosial dengan baik serta memiliki kemampuan sosial yang baik. Anak-anak dengan kesehatan mental yang baik akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter positif, mampu menghadapi stres, dan mudah beradaptasi dnegan keadaan. Kualitas tersebut merupakan hal yang dibutuhkan bagi anak dalam menjalani hidup baik saat ini maupun ketika dewasa nanti.
Tips Menjaga Kesehatan Mental Anak
Kesehatan mental anak yang baik dapat dibentuk dalam lingkup terkecil anak yaitu keluarga. Di sinilah peran orang tua sangat dibutuhkan untuk mendukung perkembangan kesehatan mental anak. Beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua antara lain:
1. Menjaga kesehatan mental orang tua
Dilansir dari Verywell Family, untuk menjaga kesehatan mental anak maka yang pertama kali perlu dilakukan adalah menjaga kesehatan mental diri sendiri sebagai orang tua. Orang tua adalah contoh dan teladan bagi anak-anaknya. Ketika orang tua memiliki masalah kesehatan mental, maka sebaiknya Anda memeriksakan diri agar mendapat penanganan.
Masalah kesehatan mental orang tua yang tidak ditangani dengan baik dapat berpengaruh pada pola didik anak. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa orang tua yang mendapat terapi kesehatan mental menunjukkan kondisi perbaikan kondisi kesehatan mental anak.
2. Membangun kepercayaan diri anak
Anak yang tumbuh tidak percaya diri akan rentan mengalami depresi di kemudian hari. Untuk mencegahnya, orang tua dapat menudukung anak dengan terus mendorong mereka agar mau mencoba hal baru. Beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain:
- Memberi anak pujian
- Membiarkan anak mencoba hal baru
- Mendukung anak melakukan kegiatan yang ia sukai
- Memberi semangat ketika anak gagal
- Melatih anak menghadapi kegagalan
- Melatih anak bersikap kritis dan jujur
3. Melatih anak bersosialisasi
Penting bagi anak untuk membangun kehidupan sosial yang baik dengan keluarga dan teman-temannya. Anda bisa mendorong anak untuk mengikuti kegiatan berkelompok bersama teman-temannya di dalam maupun luar sekolah. Bersosialisasi dapat membantu anak mengenali kelebihan dan kekurangan diri lebih baik serta berlatih untuk menjalin kerja sama antar teman.
4. Mendengarkan keluhan anak
Anak-anak terkadang sulit mengungkapkan perasaannya. Orang tua dapat membiasakan berdiskusi dengan anak mengenai apa yang ia rasakan di hari itu dan bagaimana ia menghadapi masalahnya. Anda juga dapat mengajarkan anak untuk journaling sebagai cara untuk berbagi perasaannya. Dengan cara ini anak akan lebih terbuka dan merasa bahwa orang tua adalah tempat yang aman untuk berkeluh kesah.
5. Membangun rutinitas positif
Untuk mendukung kesehatan mental anak, orang tua perlu membangun rutinitas positif setiap harinya. Ajarkan anak untuk bangun pagi, berolahraga rutin, makan makanan yang sehat, dan tidur tepat waktu. Kebiasaan positif yang dibangun sejak kecil dapat membantu anak menjadi disiplin, bertanggung jawab dan hidup lebih sehat.
Kesehatan mental anak seringkali luput dari perhatian orang tua. Padahal, kesehatan mental anak tak kalah penting dalam membentuk anak yang sehat dan kuat. Untuk membangun kesehatan mental anak yang sehat dapat dimulai dari menciptakan lingkungan rumah yang aman. Jika anak Anda menunjukkan perubahan sikap seperti mudah marah atau menangis, sering cemas dan ketakutan, hiperaktif dan berat badan menurun sebaiknya segera ajak anak bicara. Apabila diperlukan, konsultasikan dengan dokter atau psikolog agar anak segera mendapat penanganan.
Mau tahu informasi seputar kehamilan, menyusui, kesehatan wanita dan anak-anak? Cek di sini, ya!
- dr Anita Larasati Priyono